Hubungan Interpersonal
Hubungan
interpersonal adalah dimana ketika kita berkomunikasi, kita bukan sekedar
menyampaikan isi pesan, tetapi juga menentukan kadar hubungan interpersonalnya.
Jadi ketika kita berkomunikasi kita tidak hanya menentukan content melainkan
juga menentukan relationship. Dari segi psikologi komunikasi, kita dapat
menyatakan bahwa makin baik hubungan interpersonal, makin terbuka orang untuk mengungkapkan
dirinya; makin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya;
sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung diantara komunikan.
Teori Mengenai Hubungan Interpersonal
Ada beberapa
teori yang menjelaskan mengenai hubungan interpersonal, yaitu:
1.Model Pertukaran Sosial
Model ini memandang hubungan
interpersonal sebagai suatu transaksi dagang. Orang berhubungan dengan orang
lain karena mengharapkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhannya. Thibault dan Kelley,
dua orang
pemuka dari teori ini menyimpulkan model
pertukaran sosial sebagai berikut:
“Asumsi dasar yang mendasari seluruh analisis
kami adalah bahwa setiap individu secara sukarela memasuki dan tinggal dalam
hubungan sosial hanya selama hubungan tersebut cukup memuaskan ditinjau dari
segi ganjaran dan biaya”.
Ganjaran yang dimaksud adalah setiap
akibat yang dinilai positif yang diperoleh seseorang dari suatu hubungan.
Ganjaran dapat berupa uang, penerimaan sosial, atau dukungan terhadap nilai
yang dipegangnya. Sedangkan yang dimaksud dengan biaya adalah akibat yang
negatif yang terjadi dalam suatu hubungan. Biaya itu dapat berupa waktu, usaha,
konflik, kecemasan, dan keruntuhan harga diri dan kondisi-kondisi lain yang
dapat menimbulkan efek-efek tidak menyenangkan.
2.Model Peranan
Model peranan menganggap hubungan
interpersonal sebagai panggung
sandiwara. Disini setiap orang harus memerankan peranannya sesuai dengan
naskah yang telah dibuat oleh masyarakat. Hubungan interpersonal berkembang
baik bila setiap individu bertidak sesuai dengan peranannya.
3.Model Interaksional
Model ini memandang hubungan
interpersonal sebagai suatu sistem. Setiap sistem memiliki sifat-sifat
strukural, integratif dan medan. Semua sistem terdiri dari subsistem-subsistem
yang saling tergantung dan bertindak bersama sebagai suatu kesatuan.
Selanjutnya, semua sistem mempunyai kecenderungan untuk memelihara dan
mempertahankan kesatuan. Bila ekuilibrium dari sistem terganggu, segera akan diambil
tindakannya. Setiap hubungan interpersonal harus dilihat dari tujuan bersama,
metode komunikasi, ekspektasi dan pelaksanaan peranan.
Tahap Hubungan Interpersonal
Adapun
tahap-tahap untuk menjalin hubungan interpersonal, yaitu:
1.Pembentukan
Tahap ini sering disebut juga dengan
tahap perkenalan. Beberapa peneliti telah menemukan hal-hal menarik dari proses
perkenalan. Fase pertama,”fase kontak yang permulaan”, ditandai oleh usaha
kedua belah pihak untuk menangkap informasi dari reaksi kawannya. Masing-masing
pihak berusaha menggali secepatnya identitas, sikap dan nilai pihak yang lain.
bila mereka merasa ada kesamaan, mulailah dilakukan proses mengungkapkan diri.
Pada tahap ini informasi yang dicari meliputi data demografis, usia, pekerjaan,
tempat tinggal, keadaan keluarga dan sebagainya. Menurut Charles R. Berger informasi
pada tahap perkenalan dapat dikelompokkan pada tujuh kategori, yaitu: a)
informasi demografis; b) sikap dan pendapat (tentang orang atau objek); c)
rencana yang akan datang; d) kepribadian; e) perilaku pada masa lalu; f) orang
lain; serta g) hobi dan minat.
2.Peneguhan Hubungan
Hubungan interpersonal tidaklah bersifat
statis, tetapi selalu berubah. Untuk memelihara dan memperteguh hubungan
interpersonal, diperlukan tindakan-tindakan tertentu untuk mengembalikan
keseimbangan. Ada empat
faktor penting dalam memelihara
keseimbangan ini, yaitu: a) keakraban; b) kontrol; c)respon yang tepat; dan d)
nada emosional yang tepat.
Keakraban merupakan pemenuhan kebutuhan
akan kasih sayang.
Hubungan interpersonal akan terperlihara
apabila kedua belah pihak sepakat tentang tingkat keakraban yang diperlukan.
Faktor kedua adalah kesepakatan tentang siapa yang akan mengontrol siapa, dan
bilamana. Jika dua orang mempunyai pendapat yang berbeda sebelum mengambil
kesimpulan, siapakah yang harus berbicara lebih banyak, siapa yang menentukan,
dan siapakah yang dominan. Konflik terjadi umumnya bila masing-masing ingin
berkuasa, atau tidak ada pihak yang mau mengalah.
Faktor ketiga adalah ketepatan respon.
Dimana, respon A harus diikuti oleh respon yang sesuai dari B. Dalam percakapan
misalnya, pertanyaan harus disambut dengan jawaban, lelucon dengan tertawa,
permintaan keterangan dengan penjelasan. Respon ini bukan saja berkenaan dengan
pesan-pesan verbal, tetapi juga pesan-pesan nonverbal. Jika pembicaraan yang
serius dijawab dengan main-main, ungkapan wajah yang bersungguh-sungguh diterima
dengan air muka yang menunjukkan sikap tidak percaya, maka hubungan
interpersonal mengalami keretakan. Ini berarti kita sudah memberikan respon
yang tidak tepat.
Faktor terakhir yang dapat memelihara
hubungan interpersonal adalah keserasian suasana emosional ketika komunikasi
sedang berlangsung.
Walaupun mungkin saja terjadi interaksi
antara dua orang dengan suasana emosional yang berbeda, tetapi interaksi itu
tidak akan stabil. Besar kemungkinan salah satu pihak akan mengakhiri interaksi
atau mengubah suasana emosi.
3.Pemutusan Hubungan
Menurut R.D. Nye dalam bukunya yang
berjudul Conflict Among Humans, setidaknya ada lima sumber konflik yang dapat
menyebabkan pemutusan hubungan, yaitu:
a.Kompetisi, dimana salah satu pihak
berusaha memperoleh sesuatu dengan mengorbankan orang lain. Misalnya,
menunjukkan kelebihan dalam bidang tertentu dengan merendahkan orang lain.
b.Dominasi, dimana salah satu pihak
berusaha mengendalikan pihak lain sehingga orang tersebut merasakan hak-haknya
dilanggar.
c.Kegagalan, dimana masing-masing
berusaha menyalahkan yang lain apabila tujuan bersama tidak tercapai.
d.Provokasi, dimana salah satu pihak
terus-menerus berbuat sesuatu yang ia ketahui menyinggung perasaan yang lain.
e.Perbedaan nilai, dimana kedua pihak
tidak sepakat tentang nilai-nilai yang mereka anut.
Jenis Hubungan Interpersonal Terdapat
beberapa jenis hubungan interpersonal, yaitu: a)berdasarkan jumlah individu yang
terlibat; b)berdasarkan tujuan yang ingin dicapai; c)berdasarkan jangka waktu;
serta d) berdasarkan tingkat kedalaman atau keintiman.
Hubungan interpersonal berdasarkan
jumlah individu yang terlibat, dibagi menjadi 2, yaitu hubungan diad dan hubungan
triad. Hubungan diad merupakan hubungan atara dua individu. Kebanyakan hubungan
kita dengan orang lain bersifat diadik.
William Wilmot mengemukakan beberapa
ciri khas hubungan diad, dimana setiap hubungan diad memiliki tujuan khusus,
individu dalam hubungan diad menampilkan wajah yang berbeda dengan‘wajah’ yang
ditampilkannya dalam hubungan diad yang lain, dan pada hubungan diad berkembang
pola komunikasi (termasuk pola berbahasa) yang unik/ khas yang akan membedakan
hubungan tersebut dengan hubungan diad yang lain. Sedangkan hubungan triad
merupakan hubungan antara tiga orang. Hubungan triad ini memiliki ciri lebih
kompleks, tingkat keintiman/ kedekatan anatar individu lebih rendah, dan
keputusan yang diambil lebih didasarkan voting atau suara terbanyak (dalam
hubungan diad, keputusan diambil melalui negosiasi).
Hubungan interpersonal berdasarkan tujuan
yang ingin dicapai, dibagi menjadi 2, yaitu hubungan tugas dan hubungan sosial.
Hubungan tugas merupakan sebuah hubungan yang terbentuk karena tujuan
menyelesaikan sesuatu yang tidak dapat dikerjakan oleh individu sendirian.
Misalnya hubungan antara pasien dengan dokter, hubungan mahasiswa dalam kelompok
untuk mengerjakan tugas, dan lain-lain. Sedangkan hubungan sosial merupakan
hubungan yang tidak terbentuk dengan tujuan untuk menyelesaikan sesuatu.
Hubungan ini terbentuk (baik secara personal dan sosial). Sebagai contoh adalah
hubungan dua sahabat dekat, hubungan dua orang kenalan saat makan siang dan
sebagianya.
Hubungan interpersonal berdasarkan jangka
waktu juga dibagi menjadi 2, yaitu hubungan jangka pendek dan hubungan jangka
panjang. Hubungan jangka pendek merupakan hubungan yang hanya berlangsung
sebentar. Misalnya hubungan antara dua orang yang saling menyapa ketika bertemu
di jalan. Sedangkan hubungan jangka panjang berlangsung dalam waktu yang lama.
Semakin lama suatu hubungan semakin banyak investasi yang ditanam didalamnya
(misalnya berupa emosi atau perasaaan, materi, waktu, komitmen dan sebagainya).
Dan karena investasi yang ditanam itu banyak maka semakin besar usaha kita
untuk mempertahankannya. Selain ketiga jenis hubungan interpersonal yang sudah
dijelaskan di atas, masih terdapat satu lagi jenis hubungan interpersonal yang
didasarkan atas tingkat kedalaman atau keintiman, yaitu hubungan biasa dan
hubungan akrab atau intim.
Hubungan biasa merupakan hubungan yang
sama sekali tidak dalam atau impersonal atau ritual. Sedangkan hubungan akrab
atau intim ditandai dengan penyingkapan diri (self-disclosure). Makin intim
suatu hubungan, makin besar kemungkinan terjadinya penyingkapan diri tentang
hal-hal yang sifatnya pribadi.
Hubungan intim terkait dengan jangka
waktu, dimana keintiman akan tumbuh pada jangka panjang. Karena itu hubungan
intim akan cenderung dipertahankan karena investasi yang ditanamkan individu di
dalamnya dalam jangka waktu yang lama telah banyak. Hubungan ini bersifat
personal dan terbebas dari hal-hal yang ritual.
Faktor Yang Mempengaruhi Hubungan
Interpersonal
Terdapat beberapa hal yang mempengaruhi
hubungan interpersonal, yaitu:
1.Komunikasi efektif
Komunikasi interpersonal dinyatakan
efektif bila pertemuan antara pemangku kepentingan terbangun dalam situasi
komunikatif—interaktif dan menyenangkan. Efektivitas komunikasi sangat
ditentukan oleh validitas informasi yang disampaikan dan keterlibatan dalam
memformulasikan ide atau gagasan secara bersama. Bila berkumpul dalam satu
kelompok yang memiliki kesamaan pandangan akan membuat gembira, suka dan
nyaman. Sebaliknya bila berkumpul dengan orang atau kelompok yang benci akan
membuat tegang, resah dan tidak enak.
2.Ekspresi wajah
Ekspresi wajah menimbulkan kesan dan
persepsi yang sangat menentukan penerimaan individu atau kelompok. Senyuman
yang dilontarkan akan menunjukkan ungkapan bahagia, mata melotot sebagai
kemarahan dan seterusnya. Wajah telah lama menjadi sumber informasi dalam
komunikasi interpersonal. Wajah merupakan alat komunikasi yang sangat penting
dalam menyampaikan makna dalam beberapa detik raut wajah akan menentukan dan menggerakkan
keputusan yang diambil. Kepekaan menangkap emosi wajah sangat menentukan kecermatan
tindakan yang akan diambil.
3.Kepribadian
Kepribadian sangat menentukan bentuk
hubungan yang akan terjalin.
Kepribadian mengekspresikan pengalaman
subjektif seperti kebiasaan, karakter dan perilaku. Faktor kepribadian lebih
mengarah pada bagaimana tanggapan dan respon yang akan diberikan sehingga
terjadi hubungan. Tindakan dan tanggapan terhadap pesan sangat tergantung pada
pola hubungan pribadi dan karakteritik atau sifat yang dibawanya.
4.Stereotyping
Stereotyping merupakan cara yang banyak
ditemukan dalam menilai orang lain yang dinisbatkan pada katagorisasi tertentu.
Cara pandang ini kebanyakan menimbulkan prasangka dan gesekan yang cukup kuat,
terutama pada saat pihak-pihak yang berkonflik sulit membuka jalan untuk
melakukan perbaikan. Individu atau kelompok akan merespon pengalaman dan lingkungan
dengan cara memperlakukan anggota masyarakat secara berbeda atau cenderung
melakukan pengelompokan menurut jenis kelamin, cerdas, bodoh, rajin, atau
malas. Penggunaan cara ini untuk menyederhanakan begitu banyak stimuli yang
diterimanya dan merupakan pengkatagorian pengalaman untuk memperoleh informasi
tambahan dengan segera.
5.Kesamaan karakter personal
Manusia selalu berusaha mencapai
konsistensi dalam sikap dan perilakunya atau kita cenderung menyukai orang
lain, kita ingin mereka memilih sikap yang sama dengan kita, dan jika menyukai
orang, kita ingin memilih sikap mereka yang sama. Orang-orang yang memiliki
kesamaan dalam nilai-nilai,norma, aturan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tingkat
sosial ekonomi, budaya,agama, ideologis, cenderung saling
menyukai dan menerima keberadaan masing-masing.
6.Daya tarik
Dalam hukum daya tarik dapat dijelaskan
bahwa cara pandang orang lain terhadap diri individu akan dibentuk melalui cara
berfikir, bahasa dan tindakan yang khas. Orang pintar, pandai bergaul, ganteng
atau cantik akan cenderung ditanggapi dan dinilai dengan cara yang menyenangkan
dan dianggap memiliki sifat yang baik. Meskipun apa yang disebut gagah, cantik atau
pandai bergaul belum disepakati, namun sebagian relatif menerima orang sebagai
pandai cantik atau gagah. Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa daya tarik
seseorang baik fisik maupun karakter sering menjadi penyebab tanggapan dan
penerimaan personal. Orang-orang yang memiliki daya tarik cederung akan
disikapi dan diperlakukan lebih baik, sopan dan efektif untuk
mempengaruhi pendapat orang lain.
7.Ganjaran
Seseorang lebih menyenangi orang lain
yang memberi penghargaan atau ganjaran berupa pujian, bantuan, dorongan moral.
Kita akan menyukai orang yang menyukai dan memuji kita. Interaksi sosial
ibaratnya transaksi dagang, dimana seseorang akan melanjutkan interaksi bila
laba lebih banyak dari biaya. Bila pergaulan seorang pendamping masyarakat
dengan orang-orang disekitarnya sangat menyenangkan, maka akan sangat
menguntungkan ditinjau dari keberhasilan program, menguntungkan secara
ekonomis, psikologis dan sosial.
8.Kompetensi
Setiap orang memiliki kecenderungan atau
tertarik kepada orang lain karena prestasi atau kemampuan yang ditunjukkannya.
Masyarakat akan cenderung menanggapi informasi dan pesan dari orang
berpengalaman, ahli dan profesional serta mampu memberikan kontribusi secara
intelektual, sikap dan mampu memberikan solusi terhadap masalah yang dihadapi.
Dalam situasi krisis, para pihak yang berkonflik membutuhkan bantuan teknis dan
bimbingan dari individu yang dipercaya dan mampu menumbuhkan kerjasama untuk mendorong
penyelesaian.
CINTA DAN PERKAWINAN
A. Bagaiamana
memilih pasangan
Jika kita ditanya orang lain, ingin
kriteria seperti apa untuk pasangan hidup kita kelak? pasti beragam jawabnya..
ada yang ingin suami cakep atau istri yang cantik, ada yang ingin punya suami
kaya raya atau setidaknya mertua yang kaya raya, atau pasangan hidup yang
sholeh dan sholikhah banyak sekali pilihannya
Lantas bagaimana jika kita tidak bisa milih sendiri alias dijodohkan. mungkin ada yang pasrah seperti cerita Siti Nurbaya, ada yang biasa aja, ada yang berontak membikin acara minggat dari rumah, bahkan yang paling parah nih sampai niat bunuh diri.
Lantas bagaimana jika kita tidak bisa milih sendiri alias dijodohkan. mungkin ada yang pasrah seperti cerita Siti Nurbaya, ada yang biasa aja, ada yang berontak membikin acara minggat dari rumah, bahkan yang paling parah nih sampai niat bunuh diri.
Nah saya akan memberikan beberapa tips memilih pasangan hidup.
(ini berdasarkan pengalaman penulis)
Pada dasarnya memilih pasangan hidup itu berdasarkan tiga kriteria dasar yaitu :
Pada dasarnya memilih pasangan hidup itu berdasarkan tiga kriteria dasar yaitu :
- COCOK JADI ANAK DARI ORANG TUA KITA
- COCOK JADI AYAH / IBU DARI ANAK-ANAK KITA KELAK
- COCOK JADI SUAMI / ISTRI KITA
Akan kita bahas satu persatu ya
- Cocok Jadi Anak Dari Orang Tua Kita
Terus terang bagi saya itu orang tua
adalah yang paling utama, makanya saya tempatkan kriteria ini di nomer pertama.
Kita semua pasti ingin donk pasangan hidup kita bisa akur dengan orang tua
kita.
Memang terkadang orang tua terkesan
'cerewet' dalam menilai calon pasangan kita.. yang harus inilah.. yang harus
itulah.. tp jangan berburuk sangka dulu. berpikir positiflah dahulu bahwa itu
adalah bentuk kekhawatiran orang tua kita terhadap kehidupan kita kelak.
Mulailah pelajari apa aja keinginan orang tua sebenarnya dan komunikasi yang
baik adalah caranya. Diskusi sambil minum teh atau pada saat relaks nonton TV
bareng. Saya rasa orang tua sendiri juga sudah bisa menyadari bahwa tidak semua
kriteria yang ditetapkannya itu bisa kita penuhi, jadi anda jangan langsung
menjawab dengan nada protes jika ada kriteria dari orang tua yang tidak anda
sukai. Santai aja teman.
Ibaratnya anda tidak akan bisa langsung menghentikan laju jalan orang yang berbadan jauh lebih tinggi dan besar dengan cara menghadangnya langsung tanpa melukai diri sendiri. Iringi dia jalan, ajak bicara dan rangkul dia sambil perlahan-lahan belokan atau hentikan jalannya.
- Cocok Jadi Ayah / Ibu Dari Anak-anak Kita Kelak
Ini adalah kriteria kedua yang saya
tetapkan. Nggak mau donk anak-anak kita terlantar gara-gara suami / istri kita
nggak perhatian dengan anak kita. Orang tua harus perhatian kepada anak entah
itu masalah pendidikannya (baik pendidikan agama ataupun formal), kesehatannya,
keperluannya, dan lain2. karena itu adalah salah satu cara membentuk pribadi
anak kita.
- Cocok Jadi Suami / Istri Kita
Ini adalah kriteria yang terakhir. Saya
menempatkannya di posisi terakhir bukan berarti saya harus mengalah dan menomor
kesekiankan keinginan pribadi saya. Saya juga mau punya istri yang cantik,
seksi, pinter masak, atau apalah kriteria-kriteria menarik lainnya. saya
menempatkan di posisi terakhir itu karena kriteria ini lebih mudah dicari
daripada 2 kriteria diatas. Banyak kok di dunia ini cowok yang ganteng dan
gagah atau cewek yang cantik dan seksi... tinggal pilih aja ( masalahnya cuma
satu, mereka mau nggak dengan kita hahaha )
Itulah penjelasan ketiga kriteria yang saya terapkan dalam memilih pasangan hidup saya. Jujur sejujurnya, dalam masa pencarian saya, terutama untuk kriteria pertama dan kedua, saya bahkan harus 'memendam agak dalam' perasaan 'CINTA' di hati saya karena harus bolak-balik putus-ganti-putus-ganti dengan beberapa orang gadis. Bukan berarti mereka banyak 'kekurangan' sehingga tidak saya pilih, ada beberapa kasus yang justru 'kekurangan' tersebut berasal dari saya ( tapi mohon maaf tidak bisa saya sebutkan disini ^_^a ). Waktu itu saya cuma yakin bahwa cinta itu bisa datang belakangan dengan sendirinya seiring berjalannya waktu, dan ternyata memang seperti itu.
Itulah penjelasan ketiga kriteria yang saya terapkan dalam memilih pasangan hidup saya. Jujur sejujurnya, dalam masa pencarian saya, terutama untuk kriteria pertama dan kedua, saya bahkan harus 'memendam agak dalam' perasaan 'CINTA' di hati saya karena harus bolak-balik putus-ganti-putus-ganti dengan beberapa orang gadis. Bukan berarti mereka banyak 'kekurangan' sehingga tidak saya pilih, ada beberapa kasus yang justru 'kekurangan' tersebut berasal dari saya ( tapi mohon maaf tidak bisa saya sebutkan disini ^_^a ). Waktu itu saya cuma yakin bahwa cinta itu bisa datang belakangan dengan sendirinya seiring berjalannya waktu, dan ternyata memang seperti itu.
Berbicara tentang memulai hubungan
dengan tanpa rasa cinta, saya ingin menyarankan kepada teman-teman yang
dijodohkan oleh orang tuanya untuk tidak langsung bilang 'TIDAK' terlebih
dahulu. Alangkah baiknya anda kenal dulu 'jodoh' yang diberikan oleh orang tua
anda. Memang sih ini bukan jamannya Siti Nurbaya, tapi apakah anda yakin bahwa
'jodoh' pilihan anda sendiri itu lebih baik dari 'jodoh' yang dikenalkan oleh
orang tua anda?? Mungkin anda bisa belajar dari orang-orang sekitar anda. Teman
saya sendiri dijodohkan dan usia perkawinannya sekarang 7 tahun, juga tidak ada
masalah yang berarti.
Saya tidak menyarankan bahwa memulai
hubungan harus tanpa rasa cinta karena bagaimanapun rasa cinta itu adalah
sebuah anugerah yang indah yang diberikan oleh Allah SWT. Memulai hubungan
dengan rasa cinta itu sangatlah baik, tapi jika tidak memungkinkan seperti itu
bukan berarti dunia mau runtuh kan.
B. Seluk-beluk hubungan dalam
perkawinan
Pada
umumnya salah satu tanda kegagalan suami-istri dalam mencapai kebahagiaan
perkawinan adalah perceraian. Perceraian adalah akumulasi dari kekecewaan yang
berkepanjangan yang disimpan dalam alam bawah sadar individu. Adanya batas
toleransi pada akhirnya menjadikan kekecewaan tersebut muncul kepermukaan,
sehingga keinginan untuk bercerai begitu mudah.
Masalah
diseputar perkawinan atau kehidupan berkeluarga antara lain:
· Kesulitan ekonomi keluarga yang
kurang tercukupi.
·
Perbedaan watak.
·
Temperamen dan perbedaan kepribadian yang sangat tajam
antara suami dan istri.
·
Ketidakpuasan dalam hubungan seks.
·
Kejenuhan rutinitas.
· Hubungan antara keluarga besar
yang kurang baik.
· Adanya istilah WIL (wanita idaman
lain) atau PIL (pria idaman lain).
·
Masalah harta warisan.
· Menurunnya perhatian kedua belah
pihak.
·
Domonasi dan intervensi orang tua atau mertua.
· Kesalahpahaman antara kedua belah
pihak.
Dari salah satu masalah diatas yaitu kesalahpahaman
yang menyebabkan pasangan menjadi tersinggung, sehingga terkadang memicu adanya
perceraian, merupakan masalah yang sering terjadi dalam kehidupan rumah tangga.
Karena kesalahpahaman itulah yang terkadang pasangan enggan untuk membuka
komunikasi dengan pasangannya yang kemudian menimbulkan misskomunikasi. Tanpa
mereka sadari dengan keadaan seperti itu malah akan membuat mereka sulit dalam
menghadapi problem apapun. Komunikasi yang intern dan baik akan melahirkan
saling keterbukaan dan suasana keluarga yang nyaman.
Allah juga memerintahkan kepada suami-istri untuk selalu berbuat baik.
Suami dan istri sering beranggapan bahwa masalah yang timbul akan
selesai dengan sendirinya, asalkan bersabar dan menyediakan waktu yang panjang.
Allah juga memerintahkan kepada suami-istri untuk selalu berbuat baik.
Suami dan istri sering beranggapan bahwa masalah yang timbul akan
selesai dengan sendirinya, asalkan bersabar dan menyediakan waktu yang panjang.
Namun kenyataannya masalah yang didiamkan bukan
membaik, malah memburuk seiring berjalannya waktu yang lama. Kejengkelan makin
menumpuk dan penyelesaian makin jauh di mata, kareana masalah menjadi seperti
benang kusut dan tidak tahu lagi harus memulainya dari mana. Tabungan cinta
cenderung menyusut seiring dengan berkecamuknya masalah dengan berkurangnya
cinta dan kasih sayang, berkurang pulalah semangat untuk menyelesaikan masalah.
Pada akhirnya ketidakpedulian menggantikan cinta dan makin menyesuaikan diri
dalam kehidupan yang tidak sehat ini. Dengan kata lain antara suami dan istri
sudah menemukan cara yang efektif untuk menyelesaikannya tapi tidak dilakukan
sehingga dapat menimbulkan perceraian.
C. Penyesuaian dan pertumbuhan
dalam perkawinan
Perkawinan
tidak berarti mengikat pasangan sepenuhnya. Dua individu ini harus dapat
mengembangkan diri untuk kemajuan bersama. Keberhasilan dalam perkawinan tidak
diukur dari ketergantungan pasangan. Perkawinan merupakan salah satu tahapan
dalam hidup yang pasti diwarnai oleh perubahan. Dan perubahan yang terjadi
dalam sebuah perkawinan, sering tak sederhana. Perubahan yang terjadi dalam
perkawinan banyak terkait dengan terbentuknya relasi baru sebagai satu kesatuan
serta terbentuknya hubungan antarkeluarga kedua pihak.
Relasi yang diharapkan dalam sebuah
perkawinan tentu saja relasi yang erat dan hangat. Tapi karena adanya perbedaan
kebiasaan atau persepsi antara suami-istri, selalu ada hal-hal yang dapat
menimbulkan konflik. Dalam kondisi perkawinan seperti ini, tentu sulit
mendapatkan sebuah keluarga yang harmonis.
Pada dasarnya, diperlukan penyesuaian diri
dalam sebuah perkawinan, yang mencakup perubahan diri sendiri dan perubahan
lingkungan. Bila hanya mengharap pihak pasangan yang berubah, berarti kita
belum melakukan penyesuaian.
Banyak yang bilang pertengkaran adalah
bumbu dalam sebuah hubungan. Bahkan bisa menguatkan ikatan cinta. Hanya, tak
semua pasangan mampu mengelola dengan baik sehingga kemarahan akan terakumulasi
dan berpotensi merusak hubungan.
D. Perceraian dan pernikahan
kembali
Pernikahan bukanlah akhir kisah indah
bak dongeng cinderella, namun dalam perjalanannya, pernikahan justru banyak
menemui masalah. Menikah Kembali setelah perceraian mungkin menjadi keputusan
yang membingungkan untuk diambil. Karena orang akan mencoba untuk menghindari
semua kesalahan yang terjadi dalam perkawinan sebelumnya dan mereka tidak yakin
mereka bisa memperbaiki masalah yang dialami. Mereka biasanya kurang percaya
dalam diri mereka untuk memimpin pernikahan yang berhasil karena kegagalan lama
menghantui mereka dan membuat mereka ragu-ragu untuk mengambil keputusan.
Apa yang akan mempengaruhi peluang untuk
menikah setelah bercerai? Ada banyak faktor. Misalnya seorang wanita muda pun
bisa memiliki kesempatan kurang dari menikah lagi jika dia memiliki beberapa
anak. Ada banyak faktor seperti faktor pendidikan, pendapatan dan sosial.
Sebagai manusia, kita memang mempunyai
daya tarik atau daya ketertarikan yang tinggi terhadap hal-hal yang baru. Jadi,
semua hal yang telah kita miliki dan nikmati untuk suatu periode tertentu akan
kehilangan daya tariknya. Misalnya, Anda mencintai pria yang sekarang menjadi
pasangan karena kegantengan, kelembutan dan tanggung jawabnya. Lama-kelamaan,
semua itu berubah menjadi sesuatu yang biasa. Itu adalah kodrat manusia.
Sesuatu yang baru cenderung mempunyai daya tarik yang lebih kuat dan kalau
sudah terbiasa daya tarik itu akan mulai menghilang pula. Ada kalanya, hal-hal
yang sama, yang terus-menerus kita lakukan akan membuat jenuh dalam pernikahan.
Esensi dalam pernikahan adalah
menyatukan dua manusia yang berbeda latar belakang. Untuk itu kesamaan
pandangan dalam kehidupan lebih penting untuk diusahakan bersama.
Jika ingin sukses dalam pernikahan baru,
perlu menyadari tentang beberapa hal tertentu, jangan biarkan kegagalan masa
lalu mengecilkan hati. Menikah Kembali setelah perceraian bisa menjadi
pengalaman menarik. tinggalkan masa lalu dan berharap untuk masa depan yang
lebih baik.
E. Single Life
Paradigma terhadap lajang cenderung
memojokkan. pertanyaannya kapan menikah?? Ganteng-ganteng kok ga menikah? Apakah
Melajang Sebuah Pilihan??
Ada banyak alasan untuk tetap melajang.
Perkembangan jaman, perubahan gaya hidup, kesibukan pekerjaan yang menyita
waktu, belum bertemu dengan pujaan hati yang cocok, biaya hidup yang tinggi,
perceraian yang kian marak, dan berbagai alasan lainnya membuat seorang memilih
untuk tetap hidup melajang. Batasan usia untuk menikah kini semakin bergeser,
apalagi tingkat pendidikan dan kesibukan meniti karir juga ikut berperan dalam
memperpanjang batasan usia seorang untuk menikah. Keputusan untuk melajang
bukan lagi terpaksa, tetapi merupakan sebuah pilihan. Itulah sebabnya, banyak
pria dan perempuan yang memilih untuk tetap hidup melajang.
Persepsi masyarakat terhadap orang yang
melajang, seiring dengan perkembangan jaman, juga berubah. Seringkali kita
melihat seorang yang masih hidup melajang, mempunyai wajah dan penampilan di
atas rata-rata dan supel. Baik pelajang pria maupun wanita, mereka pun pandai
bergaul, memiliki posisi pekerjaan yang cukup menjanjikan, tingkat pendidikan yang
baik.
Alasan yang paling sering dikemukakan
oleh seorang single adalah tidak ingin kebebasannya dikekang. Apalagi
jika mereka telah sekian lama menikmati kebebasan bagaikan burung yang terbang
bebas di angkasa. Jika hendak pergi, tidak perlu meminta ijin dan menganggap
pernikahan akan membelenggu kebebasan. Belum lagi jika mendapatkan pasangan
yang sangat posesif dan cemburu.
Banyak perusahaan lebih memilih karyawan
yang masih berstatus lajang untuk mengisi posisi tertentu. Pertimbangannya,
para pelajang lebih dapat berkonsentrasi terhadap pekerjaan. Hal ini juga
menjadi alasan seorang tetap hidup melajang.
Banyak pria menempatkan pernikahan pada
prioritas kesekian, sedangkan karir lebih mendapat prioritas utama. Dengan
hidup melayang, mereka bisa lebih konsentrasi dan fokus pada pekerjaan,
sehingga promosi dan kenaikan jabatan lebih mudah diperoleh. Biasanya, pelajang
lebih bersedia untuk bekerja lembur dan tugas ke luar kota dalam jangka waktu
yang lama, dibandingkan karyawan yang telah menikah.
Kemapanan dan kondisi ekonomi pun
menjadi alasan tetap melajang. Pria sering kali merasa kurang percaya diri jika
belum memiliki kendaraan atau rumah pribadi. Sementara, perempuan lajang merasa
senang jika sebelum menikah bisa hidup mandiri dan memiliki karir bagus. Mereka
bangga memiliki sesuatu yang dihasilkan dari hasil keringat sendiri. Selain
itu, ada kepuasaan tersendiri.
Banyak yang mengatakan seorang masih
melajang karena terlalu banyak memilih atau ingin mendapat pasangan yang
sempurna sehingga sulit mendapatkan jodoh. Pernikahan adalah untuk seumur
hidup. Rasanya tidak mungkin menghabiskan masa hidup kita dengan seorang yang
tidak kita cintai. Lebih baik terlambat menikah daripada menikah akhirnya
berakhir dengan perceraian.
Lajang pun lebih mempunyai waktu untuk
dirinya sendiri, berpenampilan lebih baik, dan dapat melakukan kegiatan hobi
tanpa ada keberatan dari pasangan. Mereka bebas untuk melakukan acara berwisata
ke tempat yang disukai dengan sesama pelajang.
Pelajang biasanya terlihat lebih muda
dari usia sebenarnya jika dibandingkan dengan teman-teman yang berusia sama
dengannya, tetapi telah menikah.
Ketika diundang ke pernikahan kerabat,
pelajang biasanya menghindarinya. Kalaupun datang, mereka berusaha untuk
berkumpul dengan para sepupu yang masih melajang dan sesama pelajang. Hal ini
untuk menghindari pertanyaan singkat dan sederhana dari kerabat yang seusia
dengan orangtua mereka. Kapan menikah? Kapan menyusul? Sudah ada calon?
Pertanyaan tersebut, sekalipun sederhana, tetapi sulit untuk dijawab oleh
pelajang.
Seringkali, pelajang juga menjadi
sasaran keluarga untuk dicarikan jodoh, terutama bila saudara sepupu yang
seumuran telah menikah atau adik sudah mempunyai pacar. Sementara orangtua
menginginkan agar adik tidak melangkahi kakak, agar kakak tidak berat jodoh.
Tidak dapat dipungkuri, sebenarnya
lajang juga mempunyai keinginan untuk menikah, memiliki pasangan untuk berbagi
dalam suka dan duka. Apalagi melihat teman yang seumuran yang telah memiliki
sepasang anak yang lucu dan menggemaskan. Bisa jadi, mereka belum menemukan
pasangan atau jodoh yang cocok di hati. Itulah alasan mereka untuk tetap
menjalani hidup sebagai lajang.
Melajang adalah sebuah sebuah pilihan
dan bukan terpaksa, selama pelajang menikmati hidupnya. Pelajang akan
mengakhiri masa lajangnya dengan senang hati jika telah menemukan seorang yang
telah cocok di hati.
Kehidupan melajang bukanlah sebuah hal
yang perlu ditakuti. Bukan pula sebuah pemberontakan terhadap sebuah ikatan
pernikahan. Hanya, mereka belum ketemu jodoh yang cocok untuk berbagi dalam
suka dan duka serta menghabiskan waktu bersama di hari tua.
Arus modernisasi dan gender membuat para perempuan Indonesia dapat menempati posisi yang setara bahkan melebihi pria. Bahkan sekarang banyak perempuan yang mempunyai penghasilan lebih besar dari pria. Ditambah dengan konsep pilihan melajang, terutama kota-kota besar, mendorong perempuan Indonesia untuk hidup sendiri.
Sumber:
http://psikologi.or.id/psikologi-umum-pengantar/hubungan-interpersonal.html
Miftachr, 2010. Pengertian
Munakahat Pernikahan, Artikel, (Tersedia online di http://miftachr.blog.uns.ac.id/2010/04/pengertian-munakahat-pernikahan/ diakses pada tanggal 6 Mei 2011).