Selasa, 30 April 2013

fenomena sosial


Agresivitas Meningkatkan Kriminalitas

          Agresivitas merupakan  salah satu bentuk perilaku yang dimiliki oleh setiap orang. Freud, Mc Dougall, dan Lorenz (dalam Ekawati,2001) mengemukakan bahwa manusia mempunyai dorongan bawaan atau naluri untuk berkelahi. Sebagaimana pengalaman fisiologis rasa lapar, haus, atau bangkitnya dorongan seksual, maka dibuktikan bahwa manusia mempunyai naluri bawaan untuk berperilaku agresi.
Definisi tentang agresivitas telah dikemukakan oleh banyak ahli, sehingga sangat variatif. Baron dan Byrne (1984) mengemukakan, bahwa agresivitas adalah dorongan dasar yang dimiliki oleh manusia dan hewan, dengan tujuan menyakiti badan atau melukai perasaan orang lain. Lebih lanjut  Baron dan Byrne (1984) mengatakan bahwa perilaku agresif adalah suatu bentuk perilaku yang ditujukan untuk melukai atau mencelakakan orang lain.
Brigham (1991) mendefinisikan agresi sebagai perilaku yang ditujukan untuk menyakiti orang lain baik secara fisik maupun psikis. Pendapat senada diungkapkan oleh Berkowitz (1995) yang mendefinisaikan agresi sebagai segala bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti seseorang baik fisik maupun mental. Ahli lain Moore dan Fibe, Aronson (Koeswara, 1988) juga mendefinisikan agresi sebagai segala bentuk perilaku kekerasan baik itu secara fisik  ataupun verbal yang dilakukan seseorang dengan maksud untuk melukai atau mencelakakan orang lain baik dengan ataupun tanpa tujuan.
Menurut Dodge dan Coie  (1987) agresi berdasarkan fungsinya dibedakan menjadi dua yaitu:
a)      Agresi reaktif, yaitu agresi yang terjadi sebagai reaksi terhadap stimulus yang dinilai mengancam. Penilaian terhadap stimulus sebagai ancaman dan pengalaman marah mendorong seseorang untuk melakukan agresi. Adapun agresi reaktif berfungsi untuk mengurangi atau melepaskan diri dari ancaman (ketidakenakan) yang dialami bukan sebagai cara untuk mendapatkan tujuan yang diinginkan.
b)      Agresi proaktif, yaitu agresi yang dilakukan sebagai alat atau mempunyai fungsi untuk memperoleh tujuan tertentu. Agresi ini tidak berhubungan dengan provokasi maupun emosi yang menghasilkan kekuatan merusak, tetapi semata-mata diarahkan oleh beberapa tujuan eksternal yang ingin dicapai seperti makanan, barang, kekuasaan, dan wilayah.
Jersild (1975) mengelompokkan agresi menjadi dua bentuk, yaitu: (1) tingkah laku agresi yang terbuka, yaitu suatu bentuk tingkah laku yang tampak dan dapat diamati serta dapat dinilai. (2) Tingkah laku agresif yang tersembunyi, yaitu tingkah laku agresif yang tidak tampak, yang dimanifestasikan dalam bentuk tingkah laku yang lain.

Sebagai contoh sikap agresivitas adalah tindakan kriminalitas.
Kriminalitas à Menurut saya fenomena tersebut banyak di jumpai di kota besar di indonesia, dewasa ini fenomena tersebut disebabkan oleh banyak faktor terutama kemiskinan. Dan juga lemahnya keamanan di daerah tersebut sehingga terjadi kriminalitas seperti perampokan, pembunuhan,  dst. Semua terjadi karena agresifitas seseorang akan meningkat sehingga menyebabkan maraknya tindakan kriminalitas.
Hal ini dapat dikurangin dengan cara peningkatan kesejahteraan masyarakat di daerah terpencil, seperti membuka lapangan pekerjaan di daerah pedesaan, agar kegiatan urbanisasi ke daerah kota  besar menurun dan tindakan kriminalitas itu pun akan dapat ditekan sedemikian rupa, dan mengurangi korban yang jatuh akibat tindakan tersebut.

Penyesuaian diri dan Stress


A.    Penyesuaian Diri
            Seseorang tidak dilahirkan dalam keadaan telah mampu menyesuaikan diri, dengan kata lain tidak mampu menyesuaikan dirinya. Kondisi fisik, mental dan emosional dipengarungi oleh faktor- faktor lingkungan dimana  kemungkinan akan berkembang proses penyesuaian diri yang baik atau yang salah, sejak lahir sampai meninggal seorang individu merupakan organisme yang aktif. Ia aktif dengan tujuan dan aktivitas yang berkesinambungan antara kegiatan satu dengan yang lainnya. Ia berusaha memuaskan kebutuhan jasmaninya untuk mendapatkan kesenangan lahiriahnya. Penyesuaian diri adalah suatu proses dan salah satu ciri pokok dari kepribadian yang sehat mentalnya ialah memiliki kemampuan untuk mengadakan penyesuain diri secara harmonis, baik kepada diri sendiri mapun terhadap lingkungannya.

1.      PENYESUAIAN DIRI
Menurut Kartono (2000), penyesuaian diri adalah usaha manusia untuk mencapai harmoni pada diri sendiri dan pada lingkungannya. Sehingga permusuhan, kemarahan, depresi, dan emosi negatif lain sebagai respon pribadi yang tidak sesuai dan kurang efisien bisa dikikis. 
                  
2.      KONSEP PENYESUAIAN DIRI
·                     Penyesuaian pribadi
Penyesuaian pribadi adalah kemampuan seseorang untuk menerima diri demi tercapai hubungan yang harmonis antara dirinya dengan lingkungan sekitarnya. Ia menyatakan sepenuhnya siapa dirinya sebenarnya, apa kelebihan dan kekurangannya dalam mampu bertindak objektif sesuai dengan kondisi dirinya tersebut.
Pada aspek ini, keberhasilan penyesuaian pribadi ditandai oleh:
·         Tidak adanya rasa benci,
·         Tidak ada keinginan untuk lari dari kenyataan atau tidak percaya pada
potensi dirinya.
Sebaliknya, kegagalan penyesuaian pribadi ditandai oleh:
·         Kegoncangan emosi
·         Kecemasan
·         Ketidakpuasan dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya sebagai akibat adanya jarak pemisah anatara kemampuan individu dan tuntutan yang diharapkan oleh lingkungannya.

·                     Penyesuaian sosial
Penyesuaian sosial terjadi dalam lingkup hubungan sosial di tempat individu itu hidup dan berinterakasi dengan orang lain. Hubungan-hubungan sosial tersebut mencakup hungan dengan anggota keluarga, masyarakat, sekolah, teman sebaya, atau anggota masyarakat luas secara umum.
Proses yang harus dilakukan individu dalam penyesuaian sosial adalah kemauan untuk mematuhi nilai dan norma sosial yang berlaku dalam masyarakat. Setiap kelompok masyarakat atau suku bangsa memiliki sistem nilai dan norma sosial yang berbeda-beda. Dalam proses penyesuaian sosial individu berkenalan dengan nilai dan norma sosial yang berbeda-beda lalu berusaha untuk mematuhinya, sehingga menjadi bagian dan membentuk kepribadiannya.

Proses Penyesuaian Diri
Penyesuaian diri adalah proses bagaimana seorang individu dapat mendapat keseimbangan diri dalam memenuhi kebutuhan sesuai dengan lingkungannya. Penyesuaian diri lebih bersifat suatu proses sepanjang hayat manusia, terus- menerus berupaya menemukan dan mengatasi dan tantangan hidup guna mencapai pribadi sehat. Dalam proses penyesuaian diri dapat saja mumcul konflik, takanan, frustasi, yang menyebabkan individu terdorong untuk meneliti berbagai kemungkina perilaku untuk membebaskan dirinya dari kegagalan. Contoh : Serang anak yang membutuhkan rasa kasih sayang dari ibuknya yang terlalu sibuk dengan tugasnya. Anak akan prustasi dan berusa sendiri menemukan pemecahan untuk mereduksi ketegangan  atau kebutuhan yang belum terpenuhi.  Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa motivasi mengambil variasi bentuk, dimana setiap bentuk dpat diarahkan kepada rintangan atau faktor frustasi yang disebabkan oleh beberapa realita misalnya: pembatasan orang tua, hambatan fisik, aturan sosial, dan semacamnya.
Seseorang dikatakan berhasil dikatakan berhasil dalam melakukan penyesuaian diri apabila ia dapat memenuhi kebutuhannnya dengan cara-cara yang wajar yang dapat diterima lingkungan tanpa merugikan atau mengganggu lingkungannya.
Karakteristik Penyesuaian Diri
Tidak selamanya individu berhasil dalam melakukan penyesuaian diri, karen kadang-kadang ada rintangan-rintangan tertentu yang menyebabkan tidak berhasil melakukan penyesuaian diri. Rintangan-rintangan itu mungkin terdapat dalam dirinya atau mungkin diluar dirinya. Dalam hubungannya dengan rintangan-rintangan tersebut ada individu-individu yang dapat melakukan penyesuaian diri secara positif, namun adapula individu-individu yang melakukan penyesuaian diri yang salah. Berikut ini akan ditinjau karakteristik penyesuaian diri yang positif dan penyesuaian diri yang salah.
1.                  Penyesuaian Diri secara Positif
Mereka yang tergolong mampu melakukan penyesuaian diri secara positif ditandai hal-hal sebagai berikut :
1.                  Tidak menunjukkan adanya ketegangan emosional,
2.                  Tidak menunjukkan adanya mekanisme-mekanisme psikologis,
3.                  Tidak menunjukkan adanya frustasi pribadi,
4.                  Memiliki pertimbangan rasional dan pengarahan diri,
5.                  Mampu dalam belajar,
6.                  Menghargai pengalaman,
7.                  Bersikap realistik dan objektif.
Melakukan penyesuaian diri secara positif, individu akan melakukan dalam berbagai bentuk, antara lain:
1.                  Penyesuaian dengan menghadapi masalah secara langsung,
2.                  Penyesuaian dengan melakukan eksplorasi (penjelajahan),
3.                  Penyesuaian dengan trial and error atau coba-coba,
4.                  Penyesuaian dengan substansi (mencari pengganti),
5.                  Penyesuaian diri dengan menggali kemampuan diri,
6.                  Penyesuaian dengan belajar,
7.                  Penyesuaian dengan inhibis dan pengendalian diri,
8.                  Penyesuaian dengan perencanaan yang cermat.

2.                  Penyesuaian Diri yang Salah
Ada tiga bentuk reaksi dalam penyesuaian yang salah, yaitu:
1.                  Reaksi Bertahan
Individu berusaha untuk mempertahankan dirinya, seolah-olah tidak menghadapi kegagalan, ia selalu berusaha untuk menunjukkan bahwa dirinya tidak mengalami kegagalan. Bentuk khusus reaksi ini antara lain:
·                     Rasionalisasi,
·                     Represi,
·                     Proyeksi,
2.                  Reaksi menyerang
Reaksi-reaksinya tampak dalam tingkah laku:
·                     Selalu membenarkan diri sendiri,
·                     Mau berkuasa dalam setiap situasi,
·                     Bersikap senang mengganggu orang lain,
·                     Menggertak baik dengan ucapan maupun dengan perbuatan,
·                     Menunjukkan sikap permusuhan secara terbuka,
·                     Menunjukkan sikap menyerang dan merusak,
·                     Keras kepala dalam perbuatannya,
·                     Bersikap balas dendam,
·                     Memperkosa hak orang lain,
·                     Tindakan yang serampangan,
·                     Marah secara sadis.


3.      Pertumbuhan Personal
Manusia  merupakan makhluk individu. Manusia disebut sebagai individu apabila tingkah lakunya spesifik atau menggambarkan dirinya sendiri dan bukan bertingkah laku secara umum atau seperti orang lain. Jadi individu adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan-peranan yang khas dalam lingkup sosial tetapi mempunyai kekhasan tersendiri yang spesifik terhadap dirinya didalam lingkup sosial tersebut. Kepribadian suatu individu tidak sertamerta langsung terbentuk, akan tetapi melalui pertumbuhan sedikit demi sedikit dan melalui proses yang panjang. Dengan proses pertumbuhan itu, seseorang akan terbentuk kepribadiannya. Dari mulai yang pendiam, melalui komunikasi secara terus menerus maka lambat laun akan menjadi seseorang yang dapat menyesuaikan dirinya. Semua dilakukan dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan permainan.

B.     STRESS
1.      Apa itu stress? Efek- efek dari stress “GENERAL ADAPTION SYNDROM” menurut Hans Selye?
Stress adalah bentuk ketegangan dari fisik, psikis, emosi maupun mental. Bentuk ketegangan ini mempengaruhi kinerja keseharian seseorang. Bahkan stress dapat membuat produktivitas menurun, rasa sakit dan gangguan-gangguan mental. Pada dasarnya, stress adalah sebuah bentuk ketegangan, baik fisik maupun mental. Sumber stress disebut dengan stressor dan ketegangan yang di akibatkan karena stress, disebut strain.
Menurut teori general adaptation syndrome yang dibuat oleh Hans Selye pada tahun 1950, dinyatakan bahwa terdapat tiga tahapan yang dapat ditentukan sehubungan dengan tanggapan terhadap stres manusia, yaitu tahap kecemasan (alarm stage), tahap perlawanan (resistance stage) dan tahap keletihan (exhaustion stage).
Tahap kecemasan terjadi sebagai suatu reaksi terhadap ancaman (stresor) yang dirasakan, dimana reaksi tersebut akan ditunjukkan oleh tubuh dengan tanda-tanda seperti muka pucat, keringat dingin, jantung berdebar, darah terasa mengalir dengan cepat, dll. Tahap kecemasan biasanya tidak berlangsung lama (beberapa detik hingga beberapa hari). Namun apabila stres berlangsung terus, tahap ini segera digantikan oleh tahap perlawanan. Pada tahap perlawanan, tubuh akan beradaptasi terhadap stressor dan akan terus bertahan dengan situasi tersebut. Tetapi, kesanggupan tubuh melawan memiliki batas-batas tertentu, dan jika stres menimpa cukup keras atau berlangsung cukup lama, tahap perlawanan akan digantikan dengan tahap keletihan yang ditandai dengan melemahnya sumber-sumber daya pertahanan tubuh sehingga akan rentan terhadap penyakit bahkan dapat menyebabkan kematian (M. Fraser, 1992).

2.      Faktor- faktor Individual dan Sosial yang menyebabkan stress
a.      Masalah Pekerjaan
Yang pertama datang dari faktor tempat kerja, yaitu masalah pekerjaan. Seseorang biasanya mendapat tugas yang berat dari atasan dan dia tidak bisa menyelesaikannya dan itu membuat orang tersebut stress. Ini merupakan penyebab utama timbulnya stres.
b.      Kejenuhan
Jenuh bisa dikatakan sebagai faktor penyebab stress berikutnya, banyak sekali yang menyebabkan kejenuhan baik dari lingkungan rumah, tempat kerja, sekolah dan masih banyak lagi.
c.       Perceraian
Perceraian menorehkan skor penyebab stre.. Berpisah dengan pasangan hidup dengan menyimpan masalah bisa membuat seseorang menjadi sedih, putus asa, bahkan menyimpan rasa dendam. Sekalipun perceraian dilakukan secara baik-baik, namun perceraian tetap akan menimbulkan trauma tersendiri bagi seseorang.
d.      Pasangan Hidup  Yang Telah Tiada
Kehilangan seseorang yang sangat disayangi dan dicintai seumur hidup memiliki skor 100. Jika tidak diatasi hal ini bisa menyebabkan seseorang menjadi stres, dan mungkin saja melampiaskannya dalam tindakan bunuh diri karena rasa kehilangan yang amat mendalam.
e.       Masalah Keuangan
Faktor selanjutnya yaitu masalah keuangan, saat ini kebutuhan tingkat ekonomi semakin tinggi hal ini membuat orang untuk semakin bekerja keras untuk mendapatkan uang banyak,itu bagi mereka yang berhasil, lantas bagaimana yang tidak berhasil ?
3. Tipe-tipe stres psikologi
A. Tekanan
      Tekanan terjadi karena ada nya tuntutan untu mencapai suatu tujuan . secara umum tekanan berguna untuk meningkatkan performa , mengintensif usaha dan mengubah tingkah laku. Tekanan seringkali kita temukan di kehidupan sehari namun dengan tingkatan yang berbeda-beda. Tekanan berasal dari dalam dan luar diri individual . dari dalam individu contohnya adalah sistem nilai. Dalam pencapaian tujuan seorang individu mengalami tekanan yang menimbulkan sumber sumber  tegangan dalam diri individu.
B.  Frustasi
      Frustasi di jadikan sebagai penghambat untuk mencapai suatu tujuan. Frustasi merupakan suatu penghambat yang ada di antara individu . penghambat tersebut bisa berupa orang lain, objek di dalam lingkungan dan kurangnya kemampuan atau keterampilan yang di miliki oleh individu itu sendiri.
Sumber sumber frustasi diantaranya :
1) kekuatan lingkungan yang membloking motif secara keseluruhan
2) ketidakmampuan pribadi yang membuat tidak mungkin mencapai tujuan
3) konflik antara dan diantara motif
Faktor-faktor yang menyebabkan frustasi :
- hambatan yang berasal dari dalam
- hambatan yang berasal dari luar
- tindakan yang di lakukan kurang tepat
- hilangnya rangsangan memperkuat timbulnya kebutuhan.
v  Frustasi pribadi
Frustasi ini akibat tidak dapat mencapai tujuan pribadi karena kurangnya kemampuan dan banyak saingan yang kemampuan nya lebih di atas. Misalnya seorang anak yang ingin meraih prestasi akademik di bidang pelajaran namun kemampuan nya tidak dapat mencapai keinginan prestasi yang di capai standar saja sama dengan anak anak lain .
v  Frustasi lingkungan
Hambatan yang ada di lingkungan membuat sesesorang sulit mencapai tujuan nya.


C. Konflik
Konflik merupakan suatu dorongan dorongan yang tidak dapat di penuhi. Datangnya kebutuhan tersebut secara bersamaan pada saat yang sama . ada yang bersifat positif negatif,negatif negatif dan positif.
      Berdasarkan akibat yang akan timbul dari tindakan yang di lakukan seorang psikologi sosial terkenal, kurt lewin membedakan 4 macam konflik :
·         Konflik approach-approach
Yaitu apabila dua kebutuhan atau lebih yang muncul secara bersamaan memiliki nilai positif bagi diri individu.

·         Konflik approach-avoidance
Yaitu apabila dua kebutuhan atau lebih yang muncul secara bersamaan memiliki nilai yang positif dan negatif bagi diri individu.

·         Konflik avoidance-avoidance
Yaitu apabila dua kebutuhan atau lebih yang muncul semuanya secara bersamaan memiliki nilai yang negatif bagi diri individu.

·         Konflik multiple approach-avoidance
Yaitu apabila dua kebutuhan atau lebih yang muncul secara bersamaan memiliki nilai yang positif dan negatif bagi diri individu.

     Konflik bersifat subjektif namun tidak selalu mencerminkan kenyataan yang sebenarnya di luar individu. Kuat lemahnya konflik bagi individu tergantung dari faktor sebagai berikut :
1) bobot kebutuhan yang timbul , bila kebutuhan yang timbul sangat penting maka konflik yang terjadi akan semakin kuat.
2) waktu tibanya intensif , makin jarak datang intensif nya makan semakin kuat akan timbulnya konflik.
3) konflik avoidance-avoidance lebih kuat dari pada konflik approach-approach terutama bila intesif nya makin dekat
4) besarnya intensif, semakin besar intensif akan semakin kuat konflik yang di rasakan.

Konflik yang mendalam dan paling sulit di pecahkan di dalam masyarakat biasanya terjadi di sekitar motif motif(atkinson) berikut :
1) kemandirian lawan ketergantungan
2) keintiman lawan isolasi
3) kerjasama lawan persaingan
4) ekspresi impuls dan standar moral
D. Kecemasan
            Kecemasan adalah suatu keadaan tegang yang memungkinkan kita untuk melakukan sesuatu . dengan kata lain kecemasan merupakan suatu keadaan yang tegang jika insting tidak di penuhi misalnya insting lapar , haus dan seks . fungsi dari kecemasan ialah untuk memperingatkan pribadi diri kita jika ada bahaya yang mengancam jiwa kita , itu dapat terjadi jika tidak melakukan hal-hal yang tepat.
Kecemasan terbagi 3 terdiri dari :
1) kecemasan neurotik
    Bukan ketakutan terhadap insting itu sendiri melainkan ketakutan yang terjadi jika insting di puaskan. Kecemasan neurotik bukan kecemasan yang nyata tapi adalah kecemasan yang sebenarnya tidak akan terjadi hanya perasaan saja.
2) kecemasan moral
    Rasa takut akan suara hati. Jika kita melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan norma hati nya bilang itu adalah sesuatu yang salah dan tidak pantas untuk di lakukan. Orang yang mengalami kecemasan moral cenderung berkembang secara baik jika merasa bersalah dalam melakukan hal yang salah.
3) kecemasan realitas
    Kecemasan akan dunia nyata , rasa takut akan bahaya nyata di luar sana.
Kecemasan yang tidak dapat di tanggulangi di sebut traumatik. Kecemasan timbul bukan dari dalam diri melainkan berasal dari luar diri individu.
4. Syntom- syntom Responses terhadap stress

1. Pengertian symptom - reducing responses terhadap stress
    Kehidupan akan terus berjalan seiring dengan brjalannya waktu. Individu yang mengalami stress tidak akan terus menerus merenungi kegagalan yang ia rasakan. Untuk itu setiap individu memiliki mekanisme pertahanan diri masing-masing dengan keunikannya masing-masing untuk mengurangi gejala-gejala stress yang ada.
2. Mekanisme Pertahanan Diri
  • Indentifikasi
Indentifikasi adalah suatu cara yang digunakan individu untuk mengahadapi orang lain dengan membuatnya menjadi kepribadiannya, ia ingin serupa dan bersifat sama seperti orang lain tersebut. Misalnya seorang mahasiswa yang menganggap dosen pembimbingnya memiliki kepribadian yang menyenangkan, cara bicara yang ramah, dan sebagainya, maka mahasiswa tersebut akan meniru dan berperilaku seperti dosennya.
  • Kompensasi
Seorang individu tidak memperoleh kepuasan dibidang tertentu, tetapi mendapatkan kepuasaan dibidang lain. Misalnya Andi memiliki nilai yang buruk dalam bidang Matematika, namun prestasi olahraga yang ia miliki sangat memuaskan.
  • Overcompensation / Reaction Formation 
Perilaku seseorang yang gagal mencapai tujuan dan orang tersebut tidak mengakui tujuan pertama tersebut dengan cara melupakan serta melebih-lebihkan tujuan kedua yang biasanya berlawanan dengan tujuan pertama. Misalnya seorang anak yang ditegur gurunya karena mengobrol saat upacara, beraksi dengan menjadi sangat tertib saat melaksanakan upacara san menghiraukan ajakan teman untuk mengobrol.
  • Sublimasi
Sublimasi adalah suatu mekanisme sejenis yang memegang peranan positif dalam menyelesaikan suatu konflik dengan pengembangan kegiatan yang konstruktif. Penggantian objek dalam bentuk-bentuk yang dapat diterima oleh masyarakat dan derajatnya lebih tinggi. Misalnya sifat agresifitas yang disalurkan menjadi petinju atau tukang potong hewan.
  • Proyeksi
Proyeksi adalah mekanisme perilaku dengan menempatkan sifat-sifat bain sendiri pada objek diluar diri atau melemparkan kekurangan diri sendiri pada orang lain. Mutu Proyeksi lebih rendah daripada rasionalisasi. Contohnya seorang anak tidak menyukai temannya, namu n ia berkata temannya lah yang tidak menyukainya.
  • Introyeksi
Introyeksi adalah memasukan dalam diri pribadi dirinya sifat-sifat pribadi orang lain. Misalnya seorang wanita mencintai seorang pria lalu ia memasukkan pribadi pria tersebut ke dalam pribadinya.
  • Reaksi Konversi
Secara singkat mengalihkan koflik ke alat tubuh atau mengembangkan gejala fisik. Misalnya belum belajar saat menjelang bel masuk ujan, seorang anak wajahnya menjadi pucat berkeringat.
  • Represi
Represi adalah konflik pikiran, impuls-impuls yang tidak dapat diterima dengan paksaan ditekan ke dalam alam tidak sadar dan dengan sengaja melupakan. Misalnya seorang karyawan yang dengan sengaja melupakan kejadian saat ia di marahi oleh bosnya tadi siang.
  • Supresi
Supresi yaitu menekan konflik impuls yang tidak dapat diterima secara sadar. Individu tidak mau memikirkan hal-hal yang kurang menyenangkan dirinya. Misalnya dengan berkata "Sebaiknya kita tidak membicarakan hal itu lagi."  
  • Denial
Denial adalah mekanisme perilaku penolakan terhadap sesuatu yang tidak menyenangkan. Misalnay seorang penderita diabetes memakan semua makanan yang menjadi pantangannya.
  • Regresi
Regresi adalah mekanisme perilaku seorang yang apabila menghadapi konflik frustasi, ia menarik diri dari pergaulan. Misalnya artis yang sedang digosipkan selingkuh karena malu maka ia menarik diri dari perkumpulannya.
  • Fantasi
Fantasi adalah apabila seseorang menghadapi konflik-frustasi, ia menarik diri dengan berkhayal/berfantasi, misalnya dengan lamunan. Contoh seorang pria yang tidak memilki keberanian untuk menyatakan rasa cintanya melamunkan berbagai fantasi dirinya dengan orang yang ia cintai.
  • Negativisme
Adalah perilaku seseorang yang selalu bertentangan / menentang otoritas orang lain dengan perilaku tidak terpuji. Misalkan seorang anak yang menolak perintah gurunya dengan bolos sekolah.
  • Sikap Mengritik Orang Lain
Bentuk pertahanan diri untuk menyerang orang lain dengan kritikan-kritikan. perilaku ini termasuk perilaku agresif yang aktif. Misalkan seorang karyawan yang berusaha menjatuhkan karyawan lain dengan adu argument saat rapat berlangsung.

3. Strategi Coping untuk Mengatasi Stress
  • Menghilangkan stress mekanisme pertahanan dan penanganan yang berfokus pada masalah. Menurut Lazurus penanganan stress atau coping terdiri dari dua bentuk, yaitu :
  1. Coping yang berfokus pada masalah (problem focused coping)  adalah istilah Lazurus untuk strategi kognitif untuk penanganan dtress atau coping yang digunakan oleh individu yang mengahadapi masalahnya dan berusaha menyelesaikannya.
  2. Coping yang berfokus pada emosi (problem focused coping) adalah isitlah Lazurus untuk strategi penanganan stress diaman individu memberikan respon terhadad situasi stress dengan cara emosional, terutama dengan menggunakan penialaian defensif.
  • Strategi Penanganan stress denagn mendekat dan menghindar
  1. Strategi mendekati (approach strategies) meliputi usaha kognitif untuk memahami penyebab stress dan usaha untuk mengahadapi penyebab stress tersebut dengan cara mengahadapi penyebabnya atau konsekuensi yang ditimbulkannya secara langsung.
  2. Strategi menghindar (avoidance strategies) meliputi usaha kognitif untuk menyangkal atau meminimalisasikan penyebab stress dan usaha yang muncul dalam tingkah laku, untuk menarik diri atau menghindar dari penyebab stress.
5. Pendekatan Problem Solving terhadap Stress
   
Salah satu cara dalam menangani stress yaitu menggunakan metode biofeddback, tekniknya adalah mengetahui bagian-bagian tubuh mana yang terkena stress kemudian belajar untuk menguasainya. Tekhnik ini menggunakan serangkaian alat yang sangat rumit sebagai Feedback.
Melakukan sugesti untuk diri sendiri juga dapat lebih efektif karena kita tahu bagaimana keadaan diri kita sendri. Berikan sugesti-sugesti yang positif, semoga cara ini akan berhasil ditambah dengan pendekatan secara spiritual (mengarah pada Tuhan). 

Meningkatkan Toleransi Stress
Menigkatkan toleransi terhadap stress dengan cara menigkatkan keterampilan / kemampuan diri sendiri, baik secara fisik maupun psikis, misalnya secara psikis : menyadarkan diri sendiri bahwa stress memang selalu ada dalam setiap aspek kehidupan dan dialami oleh setiap orang, walaupun dalam bentuk dan intesitas yang berbeda. Secara fisik : mengkonsumsi makanan dan minuman yang cukup gizi, menonton acara-acara  hiburan di televisi, berolahraga secara teratur, melakukan tai chi, yoga, relaksasi otot, dan sebagainya.

-          Heru Basuki ,A,M , (2008). Psikologi umum. Jakarta:Universitas gunadarma
Elia, Herman, (2002) . Psikologi umum. Jakarta: PT Prenhallindo