Senin, 28 April 2014

Logoterapi (VIctor Frankl)

III. Logoterapi (VIctor Frankl)

Pengertian Logoterapi

Logoterapi diperkenalkan oleh Viktor Frankl, seorang dokter ahli penyakit saraf dan jiwa (neuro-psikiater). Logoterapi berasal dari kata “logos” yang dalam bahasa Yunani berarti makna (meaning) dan juga rohani (spirituality), sedangkan terapi adalah penyembuhan atau pengobatan. Logoterapi secara umum dapat digambarkan sebagai corak psikologi/ psikiatri yang mengakui adanya dimensi kerohanian pada manusia di samping dimensi ragawi dan kejiwaan, serta beranggapan bahwa makna hidup (the meaning of life) dan hasrat untuk hidup bermakna (the will of meaning) merupakan motivasi utama manusia guna meraih taraf kehidupan bermakna (the meaningful life) yang didambakannya.
Ada tiga asas utama logoterapi yang menjadi inti dari terapi ini, yaitu:
  1. Hidup itu memiliki makna (arti) dalam setiap situasi, bahkan dalam penderitaan dan kepedihan sekalipun. Makna adalah sesuatu yang dirasakan penting, benar, berharga dan didambakan serta memberikan nilai khusus bagi seseorang dan layak dijadikan tujuan hidup.
  2. Setiap manusia memiliki kebebasan – yang hampir tidak terbatas – untuk menentukan sendiri makna hidupnya. Dari sini kita dapat memilih makna atas setiap peristiwa yang terjadi dalam diri kita, apakah itu makna positif atupun makna yang negatif. Makna positif ini lah yang dimaksud dengan hidup bermakna.
  3. Setiap manusia memiliki kemampuan untuk mangambil sikap terhadap peristiwa tragis yang tidak dapat dielakkan lagi yang menimpa dirinya sendiri dan lingkungan sekitar.  Contoh yang jelas adalah seperti kisah Imam Ali diatas, ia jelas-jelas mendapatkan musibah yang tragis, tapi ia mampu memaknai apa yang terjadi secara positif sehingga walaupun dalam keadaan yang seperti itu Imam tetap bahagia.

Ajaran Logoterapi
Ketiga asas itu tercakup dalam ajaran logoterapi mengenai eksistensi manusia dan makna hidup sebagai berikut.
a.       Dalam setiap keadaan, termasuk dalam penderitaan sekalipun, kehidupan ini selalu mempunyai makna.
b.      Kehendak untuk hidup bermakna merupakan motivasi utama setiap orang.
c.       Dalam batas-batas tertentu manusia memiliki kebebasan dan tanggung jawab pribadi untuk memilih, menentukan dan memenuhi makna dan tujuan hidupnya.
d.      Hidup bermakna diperoleh dengan jalan merealisasikan tiga  nilai kehidupan, yaitu nilai-nilai kreatif (creative values), nilai-nilai penghayatan (eksperiental values) dan nilai-nilai bersikap (attitudinal values).

Tujuan Logoterapi

Tujuan dari logoterapi adalah agar setiap pribadi:
a.       memahami adanya potensi dan sumber daya rohaniah yang secara universal ada pada setiap orang terlepas dari ras, keyakinan dan agama yang dianutnya;
b.      menyadari bahwa sumber-sumber dan potensi itu sering ditekan, terhambat dan diabaikan bahkan terlupakan;
c.       memanfaatkan daya-daya tersebut untuk bangkit kembali dari penderitaan untuk mamp[u tegak kokoh menghadapi berbagai kendala, dan secara sadar mengembangkan diri untuk meraih kualitas hidup yang lebih bermakna.

Pandangan Logoterapi terhadap Manusia
a.       Menurut Frankl manusia merupakan kesatuan utuh dimensi ragawi, kejiwaan dan spiritual. Unitas bio-psiko-spiritual.
b.      Frankl menyatakan bahwa manusia memiliki dimensi spiritual yang terintegrasi dengan dimensi ragawai dan kejiwaan. Perlu dipahami bahwa sebutan “spirituality” dalam logoterapi tidak mengandung konotasi keagamaan karena dimens ini dimiliki manusia tanpa memandang ras, ideology, agama dan keyakinannya. Oleh karena itulah Frankl menggunakan istilah noetic sebagai padanan darispirituality, supaya tidak disalahpahami sebagai konsep agama.
c.       Dengan adanya dimensi noetic ini manusiamampu melakukanself-detachment, yakni dengan sadar mengambil jarak terhadap dirinya serta mampu meninjau dan menilai dirinya sendiri.
d.      Manusia adalah makhluk yang terbuka terhadap dunia luar serta senantiasa berinteraksi dengan sesama manusia dalam lingkungan sosial-budaya serta mampu mengolah lingkungan fisik di sekitarnya.

 Fungsi dan Peran Terapis
1.Menjaga hubungan yang akrab dan pemisahan ilmiah
2.Mengendalikan filsafat pribadi
3.Terapis bukan guru atau pengkhotbah
4.Memberi makna lagi pada hidup
5.Memberi makna lagi pada penderitaan
6.Menekankan makna kerja

7.Menekankan makna cinta
Sumber:
Bastaman, H.D. 2007. Logoterapi “Psikologi untuk Menemukan Makna Hidup dan Meraih Hidup Bermakna”. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Frankl. Emil. 2004. On the theory and therapy of mental disorders: an introduction to logotherapy and existential analysis. Brunner-Routledge 270 Madison Avenue. New York.
http://mayzellaindah.blogspot.com/2013/05/logoterapi-frankl.html

TERAPI INDIVIDUAL (Rogers)

II. TERAPI INDIVIDUAL DALAM PSIKIATRI

Terapi individual adalah penanganan klien  dengan pendekatan hubungan individual antara seorang terapis dengan seorang klien. Suatu hubungan yang terstruktur yang terjalin antara perawat dan klien untuk mengubah perilaku klien. Hubungan yang dijalin adalah hubungan yang disengaja dengan tujuan terapi, dilakukan dengan tahapan sistematis (terstruktur) sehingga melalui hubungan ini terjadi perubahan tingkah laku klien sesuai dengan tujuan yang ditetapkan di awal hubungan.
Hubungan terstruktur dalam terapi individual bertujuan agar klien mampu menyelesaikan konflik yang dialaminya. Selain itu klien juga diharapkan mampu meredakan penderitaan (distress) emosional, serta mengembangkan cara yang sesuai dalam memenuhi kebutuhan dasarnya.
1.      Terapi Psikoanalisis
Terapi ini dikembangkan oleh Sigmund Freud, untuk membantu orang-orang yang menderita akibat gangguan psikologis. Terapi psikoanalisis membantu individu untuk memperoleh insight mengenai, dan mengatasi konflik bawah sadar yang dipercaya merupakan akar dari perilaku abnormal. Dengan mengatasi konflik-konflik  ini, ego dibeaskan dari kebutuhan untuk mempertahankan perilaku defensif, seperti fobia, perilaku obsesif-kompulsif, keluhan histeria dan sejenisnya yang menghambat pengenalan tentang gangguan dari dalam.
Metode utama yang digunakan adalah:
a.      Asosiasi bebas
Asosiasi bebas merupakan proses pengungkapan tanpa sensor dari pikiran-pikiran segera setelah pikiran tersebut masuk dibenak kita. Asosiasi bebas dipercaya secara bertahap akan menghancurkan pertahanan yang menghambat kesadaran tentang proses bawah sadar. Klien diminta untuk tidak menyensor atau menyaring pikiran, tetapi membiarkan pikiran mereka mengembara secara bebas dari satu pikiran kepikiran lainnya. Psikoanalis tidak meyakini bahwa proses asosiasi bebas benar-benar bebas. Impuls-impuls yang direpresi mendesak untuk diekspresikan. Menghasilakn suatu kompulsi untuk mengungkapkan. Walaupun asosiasi bebas dapat dimulai dengan pembicaraan ringan , kompulsi untuk mengungkapkan akhirnya megarahkan klien untuk menyingkap materi yang lebih berarti.
Walaupun demikian, ego secara kontinyu mencoba untuk menghindarkan pengungkapan impuls dan konflik yang mengancam. Oleh karena itu klien dapat menunjukan resistansi keengganan atau ketidak mampuan untuk mengingat kembali atau mendiskusikan materi yang mengganggu atau mengancam. Tanda-tanda resitansi sering merupakan tanda adanya materi yang berarti. Sesekali analisis melakukan interpretasi tentang materi ini kepada klien untuk membantu klien memperoleh insight yang lebih baik mengenai perasaan dan konflik yang mendalam.

b.      Analisis mimpi
Freud percaya bahwa mimpi merepresentasikan  “jalan utama menuju ketidaksadaran”. Interpretasi mimpi adalah salah satu teknik penting yang digunakan freud untuk membuka materi yang tidak disadari.  Dalam terapi psikoanalitik, mimpi memiliki dua tingkatan muatan :
o   Muatan manifes : materi mimpi yang dialami dan dilaporkan
o   Muatan laten : materi bawah sadar yang disimbolisasi atau diwakili oleh mimpi.
Walaupun mimpi dapat memiliki arti psikologis, seperti yang diyakini oleh freud, masih belum ada cara independen untuk menentukan arti dari mimpi.

c.       Analisis hubungan tranference
Fenomena tranference merupakan perasaan (positif dan negatif) yang dikembangkan pasien untuk dokter. Tidak ada dasar realistik saat ini dan berhubungan dengan perasaan pasien untuk gambaran bermakna, biasanya orangtua, dimasa lampau. Pasien bisa memperlakukan ahli psikoterapi pria seolah-olah sebagai ayahnya.
Proses analisis dan penangan hubungan tranference dianggap komponen penting dalam psikoanalisis. Freud percaya bahwa hubungan tranference memberikan alat untuk menghidupkan kembali konflik-konflik dengan orangtua pada masa kecil. Klien dapat bereaksi kepada anlisis dengan perasaan marah, cinta atau cemburu yang sama dengan yang mereka rasakan terhadap orang tua mereka. Freud menyebut proses menghidupkan kembali konflik kanak-kanak ini sebagai neurosis tranference. Neurosisi ini harus dianalisis dan ditangani denga berhasil agar klien dapat berhasil dalam psikoanalisis.

2.      Terapi Behavioristik
Terapi perilaku dikembangkan oleh Skinner. Terapi ini mencoba mengembangkan hubungan terapeutik yang hangat dengan klien, tetapi mereka percaya bahwa kemampuan khusus dari terapi perilaku berasal dari teknik-teknik yang beasis pembelajaran bukan dari sifat hubungan terapeutik.
Terapi perilaku pertama kali memperoleh perhatian yang besar sebagai cara untuk membantu orang mengatasi ketakutan dan fobia, problem yang sudah terbukti resisten terhadap terapi berorientasi insight.
Pendekatan behavioral tidak menjelaskan asumsi-asumsi dan filosofi tertentu tentang manusia secara langsung. Setiap orang dipandang memiliki kecenderungan positif dan negatif yang sama. Manusia pada dasarnya dibentuk dan ditentukan oleh lingkungan sosial budayanya.
Metode dalam terapi behavioristik, diantaranya :
a.      Modelling
Pada modelling, individu mempelajari perilaku yang diharapkan dengan mengamati orang lain melakukannya. Klien dapat mengamati dan kemudian meniru orang lain yang berinteraksi dengan situasi atau objek yang menimbulkan rasa takut. Setelah mengamati model, klien dapat diarahkan atau dibimbing oleh terapis atau model untuk melakukan perilaku yang menjadi target. Klien memperoleh penguatan darii terapis untuk setiap usahanya.
b.      Token economy
Sistem token economy ditujukan untuk meningkatkan perilaku adaptif dengan memungkinkan para pasien untuk memperoleh token bila menunjukkan perilaku yang tepat, seperti mengurus diri sendiri, membereskan tempat tidur. Akhirnya token tersebut dapat ditukarkan dengan hadiah yang diinginkan. Sistem  token juga digunakan untuk menangani anak-anak dengan masalah gangguan perilaku.
c.       Desensitisasi sistematis
Desensitisasi sistematis merupakan teknik terapi tingkah laku untuk mengatasi fobia dengan cara memperlihatkan stimulus fobia secara bertahap makin menakutkan sementara individu dilatih untuk tetap merasa sangat santai.

3.      Terapi Humanistik
Terapi humanistik dikembangkan oleh Carl Rogers. Terapi ini berfokus pada pengalaman klien yang subjektif dan disadari. Terapi ini lebih berfokus pada apa yang dialami klien saat ini – di sini dan sekarang – daripada masa lalu. Bentuk utama terapi humansitik adalah :
Terapi client center
Terapi client center menciptakan kondisi hangat dan penerimaan dalam hubungan terapeutik yang membantu klien untuk menjadi lebih sadar dan menerima diri mereka sendiri.
Terapi client center bersifat tidak mengarahkan. Klien, bukan terapis  yang memimpin dan mengarahkan jalannya terapi. Terapi menggunakan refeleksi – pengulangan atau perumusan kembali dari perasaan-perasaan yang diekspresikan klien tanpa menginterpretasikan atau  memberiak penilaian. Cara ini mendorong klien untuk mengeksplorasi lebih jauh perasaannya dan berhubungan dengan perasaan yang lebih dalam dan bagian dari diri yang tidak diakui karena kritikkan sosial. Terapis yang efektif seharusnya memilliki 4 kualitas atau atribut dasar  yaitu :
·         Penerimaan positif tanpa syarat, penerimaan positif tanpa syarat memberi klien perasaan aman yang mendorong klien untuk mengeksplorasi perasaan mereka tanpa takut akan penolakan.
·         Empati, merupakan kemampuan untuk memahami pengalaman dan perasaan seseorang dari sudut pandang orang tersebut. Memperlihatkan empati mendorong klien untuk berhubungan dengan perasaan yang mungkin hanya secara samar-samar disadari.
·         Ketulusan, merupakan kemampuan untuk terbuka mengenai perasaan seseorang.
·         Kongruen, mengacu pada kecocokan antra pikiran, perasaan dan perilaku seseorang.
                                  

5.      

DAFTAR PUSTAKA
Nevid.jeffery s.dkk.2005.Psikologi Abnormal.Jakarta:Erlangga
I.M.Ingram.dkk.1993.Catatan kuliah PSIKIATRI.Jakarta:buku kedokteran EGC

http://psikology09b.blogspot.com/2012/03/terapi-individual-dalam-psikiatri.html

Terapi Humanistik Eksistensial

I.Terapi Humanistik Eksistensial

Istilah psikologi humanistik (Humanistic Psychology) diperkenalkan oleh sekelompok ahli psikologi yang pada awal tahun 1960-an bekerja sama di bawah kepemimpinanAbraham Maslow dalam mencari alternatif dari dua teori yang sangat berpengaruh atas pemikiran intelektual dalam psikologi. Kedua teori yang dimaksud adalah psikoanalisis dan behaviorisme. Maslow menyebut psikologi humanistik sebagai “kekuatan ketiga” (a third force).

Unsur-Unsur Terapi

Tujuan Pendekatan

Dalam buku Teori dan Praktek Konseling Psikoterapi oleh Gerald Corey pada tahun 1999, tujuan dasar banyak pendekatan psikoterapi adalah membantu individu agar mampu bertindak, menerima kebebasan dan tanggung jawab untuk tindakan-tindakannya. terapi eksistensial, terutama, berpijak pada premis bahwa manusia tidak bisa melarikan diri dari kebebasan dan bahwa kebebasan dan tanggung jawab itu saling berkaitan.

Fungsi dan Peran Terapis

Tugas utama terapis adalah berusaha memahami klien sebagai ada dalam-dunia. Menurut Buhler dan Allen, para ahli psikologi humanistik memiliki orintasi bersama yang mencakup hal-hal berikut:
Mengakui pentingnya pendekatan dari pribadi ke pribadi.
Menyadari peran dari tanggung jawab terapis.
Mengakui sifat timbal balik dari hubungan terapeutik.
Berorientasi pada pertumbuhan.
Menekankan keharusan terapis terlibat dengan klien sebagai suatu pribadi yang menyeluruh.
Mengakui bahwa putusan-ptusan dan pilihan-pilihan akhir terletak di tengan klien.
Memandang terapis sebagai model, dalam arti bahwa terapis dengan gaya hidup dan pandangan humanistiknya tentang manusia bisa secara implisit menunjukkan kepada klien potensi bagi tindakan kreatif dan positif.
Mengakui kebebasan klien untuk mengungkapkan pandangan dan untuk mengembangkan tujuan-tujuan dan nilainya sendiri.
Bekerja ke arah mengurangi kebergantungan klien serta meningkatkan kebebasan klien.

Teknik-teknik Humanistik Eksistensial

Tidak seperti kebanyakan pendekatan terapi, pendekatan eksistensial-humanistik tidak memiliki teknik-teknik yang ditentukan secara ketat. Proedur-prosedur terapeutik bisa dipungut dari beberapa pendekatan terapi lainnya. Metode-metode yang berasal dari terapi Gestalt dan analisis transaksional sering digunakan, dan sejumlah prinsip dan prosedurpsikoanalisis bisa diintegrasikan ke dalam pendekatan eksistensial-humanistik.
Rollo May (1953, 1958, 1961), seorang psikoanalisis Amerika yang diakui luas atas pengembangan psikoterapi eksistensial di Amerika, juga telah mengintegrasikan metodologi dan konsep-konsep psikoanalisis ke dalam psikoterapi eksestensial.
Pengalaman Klien Dalam Terapi eksistensial, klien mampu mengalami secara subjektif persepsi – persepsi tentang dunianya. Dia harus aktif dalam proses terapeutik, sebab dia harus memutuskan ketakutan-ketakutan, perasaan-perasaan berdosa, dan kecemasan – kecemasan apa yang akan dieksplorasikan. Melalui proses terapi, klien bisa mengeksplorasi alternatif-alternatif guna membuat pandangan -pandangannya menjadi riel.